"Dia bisapassing through tembok, bisa lewat menembus tembok. Indikator yang ditangkap adalah... tanda-tanda kehidupan dari denyut nadi, kemudian dari panas tubuh, dan juga dari gerakan," jelas Emi.
Alat pendeteksi kehidupan ini memiliki daya tangkap hingga radius 50 meter. Oleh karena itu, proses pemindaian harus dilakukan di area yang steril dari aktivitas orang lain untuk menghindari salah tafsir.
"Jadi kalau ada orang beraktivitas di situ akan tertangkap di dalamdetector... Itu kami minta clear semua," tegasnya.
Untuk menganalisis hasil deteksi, petugas menggunakan metode jumlah pergerakan. Sinyal tanda kehidupan akan muncul dalam bentuk grafik, sedangkan indikasi jumlah korban yang tertimbun ditampilkan dalam bentuk coding warna.
"Kalau misalnya di dalam ada lima saja memberikan gerakan halus dan dia tersebar maka akan keluar lima coding warna. Sehingga alat ini akan lebih spesifik bisa mem-filter berapa banyak gerakan yang ada di dalam," terangnya.
"Karena pada saat kita scanning sebelum alat ditangkap kita berikan instruksi dengan penguat bahwa mereka kalau bisa bergerak lakukan gerakan kecil. Agar kami bisa melakukan scanning. Itu kami beri instruksi. Jadi bukan kami masih bawa alat diam-diam, tidak. Tapi kami kasih instruksi kepada orang yang di dalam mudah-mudahan ada yang bisa memberikan respons balik dari scanning tersebut," tambahnya.
Peralatan selanjutnya yakni multi search scanning. Peralatan ini bekerja dalam dua versi.