SHARE

istimewa

Sejak Abad 17

Sejatinya tradisi Cio Tao merupakan ritual pernikahan berbasis keyakinan agama Konghucu, meski kini mengalami perubahan peran dan makna menjadi upacara pernikahan formal saja. Tradisi tersebut tetap dihargai dan dijaga dengan penuh penghormatan terhadap warisan leluhur mereka, meskipun sudah tidak lagi terkait erat dengan aspek keyakinan agama.

Tangerang dikenal sebagai daerah multikultural, di mana beragam suku dan etnis hidup rukun berdampingan saling menghormati secara harmonis. Etnis Tionghoa menjadi salah satu suku yang populasinya cukup signifikan di Tangerang dan tradisi Cio Tao menjadi salah satu kebanggaan mereka lantaran tak ditemui di tempat lain di Nusantara.

Cio Tao yang menjadi ritual pernikahan khas masyarakat Tionghoa Benteng, berasal dari suku Hokkian, Tiongkok. Tradisi ini telah tersaji secara turun-temurun, diwariskan oleh para leluhur mereka yang tiba di Batavia pada abad ke-17. Upacara Cio Tao itu terdiri atas beberapa tahapan yakni pinang jodoh, penyerahan mas kawin, perjanjian perkawinan, upacara sembahyang, dan pesta pernikahan.

Dalam tradisi pinang jodoh, perwakilan dari keluarga calon pengantin pria akan mengajukan lamaran kepada keluarga calon pengantin wanita. Apabila lamaran diterima, keluarga calon pengantin pria akan menyampaikan mas kawin atau mahar, yang umumnya terdiri atas uang, perhiasan, serta barang-barang lainnya.

Selanjutnya dalam perjanjian perkawinan, kedua pihak membuat kesepakatan mengenai hak dan kewajiban pasangan. Setelah itu kedua mempelai sembahyang kepada Tuhan, leluhur, dan memohon doa restu dan keberkahan dari orang tua dalam upacara tersebut. Kedua mempelai lantas merayakan pernikahan mereka dengan keluarga dan kerabat dalam sebuah pesta yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

Halaman :
Tags
SHARE