SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Sumarni (52) tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Diulang-ulangnya dua kata mustajab itu. Semua nama ia sebut, mulai dari Menteri Sosial, Bupati Dharmasraya, Wali Nagari, Pekerja Sosial, hingga pendamping yang mengusulkan nama suaminya menjadi salah satu penerima Rumah Sejahtera Terpadu (RST). 

Nadanya tinggi, suaranya terisak, menahan gemuruh di dada. Rasa bahagia terekspresikan dengan haru. Bagimana tidak, selama hidup, ia tidak pernah menerima bantuan sebanyak yang diterimanya kali ini. Apalagi ia akan segera menghuni rumah baru berdinding beton dengan fasilitas MCK dan dapur yang layak.
 
“Kita ucapkan terima kasih banyak, ini yang kita inginkan selama kita hidup bu, gak ada yang seperti ini  selama kita hidup berumah tangga,” katanya menahan haru.
 
Bantuan yang diterima bukan hanya perbaikan rumah, tapi berikut dengan isinya. Warga Jorong Sipangkur, Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasraya itu tak bisa menyembunyikan rasa haru sekaligus bersemangat melihat beberapa barang diantar ke rumahnya. Ada kasur, lemari, kompor gas, serta perkakas rumah tangga lainnya.
 
Suami Sumarni, Wiji Wiryo (66) terpilih menjadi salah satu penerima bantuan RST dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Dharmasraya. Sehari-hari, Pak Wiji, panggilan akrabnya, bekerja sebagai buruh harian lepas, sesekali membantu di sawah untuk mendapatkan tambahan. 
 
Penghasilannya dari bekerja tentu tak bisa memperbaiki rumah miliknya. Walhasil, bantuan RST dari Kementerian Sosial dapat mewujudkan angan-angannya selama ini. Pak Wiji bahkan ikut serta dalam pembangunan rumahnya yang dilakukan secara swadaya.
 
Selain Pak Wiji, ada 54 lansia lain di Dharmasraya yang mendapat bantuan RST. Salah satunya adalah Nenek Halimah, warga Jorong Kampung Baru Desa Koto Salak Kecamatan Koto Salak.  Nenek Halimah hidup sendiri di rumah papan yang ukurannya tidak lebih dari 12 meter2. Hanya ada satu ruangan yang digunakan untuk tidur, menerima tamu, dan makan. Tak ada loteng yang menahan panasnya terik matahari di Dharmasraya. Dipannya pun sudah usang, kasurnya sudah lusuh.
 
Tidak ada dapur, tidak ada MCK yang layak. Jika ingin buang air, ia akan pergi ke tetangga. Begitupun masak, sehari-hari nenek berusia 73 tahun ini harus keluar rumah dan memasak sendiri di sebelah rumah dengan api yang ia buat dari membakar kayu. Tubuhnya sudah renta, badannya mengecil, dan sedikit membungkuk. Tentu tidak mampu meniup buluh untuk memperbesar api yang memanggang kuali miliknya.
 
Nenek Halimah tidak punya anak, sedangkan suaminya sudah lama meninggal. Beruntung ada keponakan yang tinggal dekat dengan rumahnya yang selalu membantu jika ada keperluan. Namun keponakannya tidak bisa membantu banyak, karena hidupnya pun juga tidak berkecukupan. Kesendirian menggerus semangatnya. Saat pendamping datang ke rumah, ia tidak berharap rumahnya diperbaiki.
 
“ Untuak apo dibuekan rumah, sabanta lai ka maningga juo (Untuk apa diberikan rumah, tak lama lagi juga akan meninggal) ,” katanya saat itu. dilansir kemensos.go.id
Halaman :
Tags
SHARE