Ia menegaskan bahwa pelestarian adat dan budaya harus dilakukan bersama, berlandaskan falsafah Minangkabau Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah; Adat Salingka Nagari, Syara’ Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru.
Menurutnya, Pemerintah Kota Payakumbuh terus memberikan perhatian besar terhadap lembaga adat seperti Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Bundo Kanduang, salah satunya melalui program Satu Nagari Satu Event yang digelar secara bergilir di seluruh nagari di Kota Payakumbuh.
“Program ini bukan hanya menjaga adat dan budaya, tapi juga memperkuat identitas nagari, menumbuhkan kecintaan generasi muda pada tradisi Minangkabau, serta menjadikan nagari sebagai destinasi wisata budaya,” ujarnya.
Elzadaswarman juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam setiap kegiatan kebudayaan. Ia menyebut peran Rang Mudo dan Puti Bungsu sangat penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi di tengah arus modernisasi.
“Pelestarian adat akan berkelanjutan jika generasi muda memahami dan mencintai akar budayanya. Di sinilah peran niniak mamak dan bundo kanduang untuk terus membimbing mereka,” tambahnya.
Kegiatan Satu Nagari Satu Event di Nagari Tiakar turut dihadiri Kadis Parpora Yunida Fatwa, Camat Payakumbuh Timur Hepi, Lurah Tiakar Benni, serta Ketua LKAAM Kota Payakumbuh YB. Dt. Parmato Alam.
Selain itu, hadir pula perwakilan KAN dari 10 nagari, jajaran Bundo Kanduang, serta Rang Mudo dan Puti Bungsu yang ikut memeriahkan acara.