SHARE

CARAPANDANG - Peneliti China telah menemukan bahwa osteoporosis dapat mengganggu fungsi kognitif, sehingga memberikan pendekatan baru untuk pengobatan klinis gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer, menurut Universitas Nanjing.

Penemuan oleh tim peneliti dari Rumah Sakit Nanjing Drum Tower yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism.

Osteoporosis merupakan gangguan metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan massa dan kualitas tulang secara progresif, yang menyebabkan peningkatan kerapuhan tulang dan risiko patah tulang yang lebih tinggi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tulang pasien lansia penderita osteoporosis akan melepaskan faktor turunan osteosit utama yang disebut sklerostin, kata Jiang Qing, Associate Dean di Fakultas Kedokteran Universitas Nanjing. Dia menambahkan bahwa dalam darah dan cairan serebrospinal pasien osteoporosis akan ditemukan proporsi sklerostin yang tinggi.

Tim ini telah melakukan penelitian selama lebih dari enam tahun mengenai hubungan intrinsik antara sklerostin dan otak.

Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa sklerostin yang dilepaskan oleh sel-sel tulang tikus yang sudah tua dapat menerobos sawar darah-otak, menghambat transmisi sinyal neuron pusat, merusak plastisitas dan integritas sinapsis neuron, serta menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada tikus, ujar Guo Baosheng, profesor di fakultas kedokteran tersebut.

Selain itu, dalam percobaan menggunakan tikus untuk penyakit Alzheimer, para peneliti menemukan bahwa peningkatan konsentrasi sklerostin dapat mempercepat pembentukan plak amiloid dan semakin memperparah penurunan kognitif.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pasien Alzheimer dengan osteoporosis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kognitif, kata Guo.


Tags
SHARE