Tari saman mulai dikenal luas di Indonesia pada 1974. Ketika itu tari saman tampil dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah. Setelah itu, banyak orang menggelar lomba atau festival tari saman.
Setiap penampil dalam tari saman menggunakan baju adat khas Aceh yang longgar, panjang, dan berwarna cerah seperti merah, kuning, dan ungu. Lengkap dengan sarung dan ikat kepala, baik lelaki maupun perempuan.
Kehadiran Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) turut mengangkat tarian ini ke pentas nasional. Para koreografer dari IKJ kerap meramu ulang gerakannya agar dapat bersanding dengan tarian modern atau kontemporer, lalu menampilkannya di TIM. Banyak pro-kontra tentang pencarian bentuk baru, tetapi hal itu justru membuatnya kian dikenal.
Meski telah berkembang pesat, beberapa pakem tetap bertahan, seperti gerakan tepok, kirep, lingang, lengek, guncang, dan surang-saring. Unsur pendidikan juga tetap menjadi bagian penting dalam tarian ini.
Kini, tari saman kerap dipertunjukkan dalam acara resmi kenegaraan. Banyak sanggar tari membuka kelas tari saman, menjadikannya tetap lestari karena keindahan dan kedalaman pesannya. dilansir indonesiakaya.com