Beranda Jalan-jalan Menjaga Tradisi Batik Tulis Giriloyo Ditengah Era Modern

Menjaga Tradisi Batik Tulis Giriloyo Ditengah Era Modern

Teknik yang digunakan semuanya manual, dari membuat pola, mencanting malam panas, mewarnai berulang kali, hingga proses pelorodan untuk menghilangkan lilin

0
Batik

CARAPANDANG - Siang itu Imaroh duduk tenang di dalam sebuah bangunan joglo di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tangannya dengan luwes menggerakkan canting, mengoleskan lilin panas mengikuti sketsa motif Wahyu Tumurun di atas selembar kain.sehelai kain putih.

Di usia 57 tahun, perempuan tiga anak itu tetap setia menjaga tradisi yang diwariskan turun-temurun di tanah kelahirannya.

"Saya sudah membatik sejak umur 10 tahun, meneruskan ibu saya," ujar Imaroh

Ia masih mengingat saat awal belajar membatik: duduk di samping ibunya yang sabar mengajari dari dasar.

Imaroh membatik satu lembar kain bisa memakan waktu hingga sebulan, dua bulan, bahkan lebih, tergantung kerumitan motif dan tingkat kehalusannya.

Teknik yang digunakan semuanya manual, dari membuat pola, mencanting malam panas, mewarnai berulang kali, hingga proses pelorodan untuk menghilangkan lilin.

"Ibu saya selalu bilang, membatik itu harus pelan-pelan, harus sabar. Tidak bisa terburu-buru," ucap dia.

Imaroh tidak hanya menjual batiknya di Galeri Kampung Batik Giriloyo, tapi juga melalui langganan pribadinya.

Satu kain batik tulis berukuran 2,5 meter hasil tangan Imaroh bisa dihargai Rp800 ribu hingga Rp2 juta per potong, tergantung tingkat kerumitan maupun kehalusan motif.

Imaroh mengaku pernah kecewa lantaran karyanya sempat ditawar salah seorang pengunjung laiknya harga tekstil bermotif batik atau "printing" di pasaran.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Teratas

Berita Terkait
Berita Terkait